Jasa kedua orang tua terhadap anaknya sangat besar. Fakta ini tidak bisa
diingkari oleh siapapun juga. Seorang ibu telah mengandung anaknya
dalam keadaan lemah dan susah.
Dia menyambung nyawa untuk melahirkan anaknya. Kemudian memelihara dan
menyusui dengan penuh kelelahan dan perjuangan selama dua tahun.
Allah Azza wa Jalla memberitakan sebagian jasa tersebut dalam firman-Nya :
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan. [al-Ahqâf/46:15].
Demikian juga sang bapak menantang panas dan hujan guna mencukupi
kebutuhan keluarganya. Sehingga tidak heran jika keduanya memiliki hak
yang harus dipenuhi oleh sang anak, bahkan hak orang tua itu mengiringi
hak Allâh Azza wa Jalla.
Allah berfirman:
Beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.
[an-Nisâ'/4:36].
Haramnya Durhaka kepada Orang Tua
Berkaitan dengan hal ini, Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabul adab
dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah
Shalallohu’alaihi wa sallam:
“Sudahkah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yang paling
besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, “Baiklah, ya
Rasulullah’, bersabda Nabi.
“Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua, serta camkanlah,
dan saksi palsu dan perkataan bohong”. Maka Nabi selalu mengulangi,
“dan persaksian palsu”, sehingga kami berkata, “semoga Nabi diam” (HR.
Bukhari)
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa yang termasuk dosa yang
paling besar setelah syirik adalah uququl walidain atau durhaka kepada
orang tua kita. Dalam riwayat yang lain Nabi Sholallohu’alahi wa sallam
pernah bersabda bahwa diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah,
durhaka kepada kedua orang tua, membunuh diri dan sumpah palsu.
Hadist larangan Durhaka Kepada Orang Tua
Dari Mughiroh bin Syu’bah Radhhiyallohu’anhu bahwa Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka kepada ibu dan
menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak
hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak
bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” (HR.
Bukhari)
Dikutip dari berbaktikepadaorangtua.com, hadist ini adalah salah satu
hadist yang melarang seorang anak berbuat durhaka kepada kedua orang
tuanya. Seorang anak yang durhaka berarti dia tidak masuk surga dengan
sebab durhaka yang ia lakukan, sebagaimana Nabi Sholallohu’alaihi wa
sallam bersabda:
“Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan
orang yang mendustakan qadar”.
Jenis Durhaka Kepada Orang Tua
Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah:
Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)
ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
Berkata “ah” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
Membentak atau menghardik orang tua.
Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain
dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat
membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot” dan lain sebagainya.
Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan
untuk kita. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh orang
tua kita, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika orang
tua kita melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka
tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
Menyebut kejelekan atau aib orang tua dihadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya tak
menggubris ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
Malu mengakui orang tua sendiri. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya
meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang
amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
Semua itu merupakan bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua yang
seharusnya diperhatikan oleh para anak dimanapun berada. Oleh karena itu
kita harus berhati-hati dan membedakan dalam berkata dan berbuat kepada
kedua orang tua dengan kepada orang lain.
Perilaku yang seringkali tidak disadari kalau itu perbuatan salah dan
dosa, yakni mencela orang tua seseorang. Jangan pernah sekalipun berani
menghina, melecehkan, mencaci, mengolok-olokkan orang tua seseorang,
meski dalam ruang lingkup candaan, sebab perlakuan semisal itu pada
hakikatnya sedang menghina, melecehkan, mencaci dan mengolok-olokkan
orang tua kita sendiri.
Selalu hati-hati dalam bersikap dan bertindak, penuh pertimbangan matang
dengan memikirkan konsekuensi-konsekuensi ke depannya, agar kita tidak
terjebak dalam dosa besar yang tidak terasa.
Akibat Durhaka Keapada Orang Tua
Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua tidak hanya akan kita
dapatkan di akhirat akan tetapi juga akan dirasakan di dunia. Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud
dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.
“Dari Abi Akrah Radhiyallohu’anhu mengatakan bahwa Nabi
Shalallohu’alaihi wa Sallam berkata, “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan
adzabnya kepada pelakunya didunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya
di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan
silaturahmi”. (HR Bukhari dan yang lalinnya)
Dalam hadist yang lain dikatakan:
“Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya di dunia yaitu berbuat
zhalim dan al’uquq (durhaka kepada orang tua)” (HR Bukhari dan yang
lainnya)
Keridhaan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridhaan istri dan
anak. Karena Nabi Shalallohu’alaihi wa sallam mengatakan anak yang
durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akan masuk
surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.
Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan juga yang liannya, dikatakan:
“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallohu’anhu berkata, “Telah berkata
Rasulullah Sholallohu’alaihi wa sallam, ‘Ada tidak golongan yang tidak
akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat
yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang
menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkan adanya
kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” (HR. Hakim, Baihaqi, Ahmad)
Jadi salah satu yang menyebabkan seorang tidak masuk kedalam surga adalah durhaka kepada kedua orang tuanya.
Dapat dilihat bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnya
tidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupun
orang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya
kemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a
kedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Swt. Sebab dalam
hadist yang shahhih Nabi Saw bersabda.
“Dari Abu Hurairah Radhiyallohu ‘anhu, ‘Telah berkata Rasulullah Saw,
‘Ada tidak do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata’ala yang tidak
diragukan tentang do’a ini, yang pertama yaitu do’a kedua orang tua
terhadap anaknya. Yang kedua do’a orang musafir yang sedang dalam
perjalanan, dan yang ketiga do’a orang yang dizhalimi.
Banyak sekali riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang akibat buruk
dari durhaka kepada orang tua di dunia maupun diakhirat. Ada juga
kisah-kisah nyata tentang adzab (siksa) dari anak yang durhaka, dari
kisah tersebut ada yang shahih ada juga yang dla’if (lemah).
Diantara kisah yang dla’if yang sering dibawakan oleh para khatib
(penceramah) yaitu kisah Al Qamah yang durhaka kepada ibunya sampai mau
dibakar oleh Nabi Saw hingga ibunya memaafkannya. Akan tetapi kisah ini
dla’if dan dilemahkan oleh para ulama ahli hadits.
Demikian penjelasan tentang larangan atau haramnya durhaka kepada orang
tua ini. Semoga kita semua termasuk anak-anak yang senantiasa dapat
menjaga diri kita dari perbuatan ini dan sebaliknya menjadi anak yang
berbakti kepada mereka. (sriwijayapost)
CAR,HOME,DESIGN,HEALTH,FOREX,LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,SEO
CAR,HOME,DESIGN,HEALTH,FOREX,LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,SEO